THE FERMI PARADOX

Hai Sobat FOSCA, kembali lagi nih sama artikel kami di hari Jumat ini. Bahasan yang akan kita bawakan kali ini adalah tentang The Fermi Paradox. “Apa sih The Fermi Paradox itu?” Oke, kata itu mungkin terdengar asing di telinga beberapa orang, tapi apa kalian pernah bertanya-tanya dan kepikiran tentang kehidupan di luar bumi ini? Dari berjuta-juta atau bahkan bertriliun-triliun planet yang ada di alam semesta, apa hanya Bumi yang ditinggali oleh makhluk hidup? Atau mungkin, ada planet lain di luar tata surya kita yang “dihuni” oleh makhluk-makhluk yang tidak kita ketahui? Nah, hal itulah yang akan kita bahas pada artikel kali ini. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi, langsung saja kita lihat pembahasannya yuk!

Teori Brilian Fermi!

The Fermi Paradox sendiri merupakan perkiraan kemungkinan adanya peradaban lain di luar sana yang kita tidak ketahui karena kurangnya bukti-bukti yang konkret dari hal tersebut. Pemikiran tersebut muncul karena umur alam semesta yang bertriliun-triliun tahun, juga banyaknya jumlah bintang di luar sana.

Semuanya dimulai pada musim panas di tahun 1950. Pada hari itu terjadi sebuah diskusi yang melibatkan beberapa orang ilmuwan yang bermula dari sebuah kartun di majalah New Yorker yang memperlihatkan sosok alien yang sedang memungut sampah dari jalanan New York.

“Where is everybody?” Enrico Fermi bertanya kepada rekan rekannya. Dari situlah awal mula munculnya gagasan The Fermi Paradox yang bahkan sampai saat ini belum terpecahkan.

Paradoks Fermi atau The Fermi Paradox memiliki tiga landasan argumen. Mari kita simak ketiga argumen tersebut.

  1. Diagram Hertzsprung–Russell 

Diagram Hertzsprung–Russell merupakan sebuah teorema dalam astronomi yang ditemukan Ejnar Hertzsprung dan Henry Norris Russell mengenai penciptaan bintang. Pada tahun 1912, dua astronom, Ejnar Hertzsprung (1873-1967) dan Henry Norris Russell (1877-1957), secara independen menemukan korelasi mengejutkan antara suhu (warna) dan luminositas (magnitudo mutlak) untuk 90% bintang. Bintang-bintang ini terletak di sepanjang pita diagonal sempit dalam diagram yang disebut deret utama. Plot luminositas vs suhu ini disebut diagram Hertzsprung-Russell atau singkatnya diagram HR. Ada milyaran bintang di galaksi yang strukturnya mirip dengan matahari. Bahkan banyak dari bintang-bintang ini yang miliaran tahun lebih tua dari tata surya. Gagasan ini, akhirnya dijadikan salah satu landasan argumen Paradoks Fermi.

  1. Ada beberapa Exoplanet yang mirip dengan Bumi, lho, alias bisa dihuni!

Berdasarkan kalkulasi yang dilakukan para ilmuwan hingga mendekati probabilitas tinggi, beberapa bintang disebut memiliki kemiripan dengan Bumi. Kawasan itu dapat dihuni (habitable zone) atau istilah kerennya, Goldilocks Zone (artikel “The Andromeda Galaxy” sedikit menyinggung soal itu!). Jika hal ini benar sepenuhnya, maka diasumsikan bahwa memang ada mahluk lain yang telah mengembangkan peradaban yang jauh lebih cerdas.

  1. Asumsi mengenai kemajuan peradaban mereka!

Para ilmuwan berasumsi bahwa “mereka” merupakan makhluk cerdas yang mampu menjelajah antar bintang (interstellar travel), yang mana kemampuan tersebut tidak/belum bisa dilakukan oleh makhluk bumi.

SOLUSI #1 – Peradaban Manusia Terlalu Primitif atau Alien Terlalu Jauh untuk Berkomunikasi dengan Manusia

Solusi yang pertama membahas bahwa mungkin peradaban dan teknologi manusia pada saat ini belum canggih untuk dapat berkomunikasi dengan alien… Atau memang pada dasarnya jarak manusia dan alien masih terlalu jauh. Hal ini berdasarkan teori The Expanding Universe – bahwa alam semesta senantiasa mengembang dan berekspansi  dan sudah dibuktikan oleh penelitian Hubble (1929). Dengan menggunakan teleskop, Hubble menemukan bahwa semakin jauh sebuah bintang, semakin cepat ia bergerak menjauh dari bumi. Teleskop Hubble juga menemukan fakta bahwa pengembangan alam semesta ini mengalami percepatan dari waktu ke waktu

SOLUSI #2 – Manusia itu Si Paling Pertama dan Punah Ketika Kehidupan Lain Akan Muncul + Rumus !!! 

Seperti yang Sobat FOSCA ketahui dari paparan sebelumnya, bahwasannya banyak teori atau hasil hipotesis yang dikemukakan oleh para peneliti atau pakar dalam bidangnya mengenai fermi paradox ataupun tanda-tanda extraterrestrial itu sendiri. Dari manusia yang terlalu primitif ataupun luar angkasa yang terus berekspansi mengakibatkan teknologi yang kita punya sekarang tidak sebanding dengan “mereka” diluar sana.

Tapi tahukah kamu Sobat FOSCA, sesungguhnya ada teori lain yang diungkapkan oleh teoretikus bahwa kita makhluk hidup pertama dan kehidupan lain dapat ada apabila kita punah. Selain itu diterangkan juga, kita menjadi makhluk hidup dengan intelegensi tinggi pertama di alam semesta dan yang akan mengembangkan teknologi untuk kolonisasi tata surya hingga setingkatnya. Cukup banyak spekulasi dan masih ada lagi lho, ini masih permulaannya Sobat FOSCA. Sebelum kita lanjut, MinFOS mau kasih rumus, rumus argumen probabilistik yang digunakan untuk memperkirakan jumlah peradaban luar angkasa yang aktif dan komunikatif di Galaksi Bima Sakti, terdengar rumit tetapi akan membantu kamu memahami lebih dalam perihal artikel kita hari ini :3 !

p.s rumusnya gambar diatas yaa!!

SOLUSI #3 – The Zoo Hypothesis

Sobat FOSCA pernah mengunjungi kebun binatang? Hewan-hewan di sana dikurung di kandang khusus sembari diamati pergerakannya dan menjadi atraksi turis. Kasihan sekali ya.. Walau begitu, kebutuhan dasarnya tetap terpenuhi, diberi salinan lingkungan yang serupa dengan habitat aslinya, serta dirawat dengan penuh perhatian oleh para ahli. Nah, hipotesis ini berspekulasi apakah ada kemungkinan manusia diperlakukan layaknya di kebun binatang. Bahkan semua respon dan pergerakan kita diamati tanpa mengungkap keberadaan mereka. 

Sebenarnya, teori ini sudah dikulik oleh Konstantin Tsiolkovsky jauh sebelum The Fermi Paradox muncul. Ia menyatakan bahwa “alien punya ketertarikan yang sama besar dengan ketertarikan kita untuk berkomunikasi dengan serigala, ular, dan gorila”. (Lho betul juga ya?! MinFOS sendiri saja sering mencoba berkomunikasi “meong” dengan kucing yang lewat di pinggir jalan! Gokil!) Dan 40 tahun kemudian, John Ball—astronomer radio—mengemukakan bahwa “alien menganggap kita sebagai bagian dari wilderness area atau kebun binatang”. Hipotesis ini kemudian diteliti lebih lanjut oleh Thomas Kuiper dan Mark Morris pada 1977, bahwasanya para alien mengurung kita dalam karantina sampai manusia dapat menawarkan hal yang berguna bagi mereka atau mencapai standar sosio kultural dan evolusi yang mereka inginkan!! 

Fakta Menarique #1

Varian hipotesis yang diajukan oleh John Ball adalah The Laboratory Hypothesis. Sasaran penelitiannya merupakan kemanusiaan dengan umat manusia sebagai sampel percobaan dan Bumi sebagai laboratorium raksasa!

Situasi ini juga pernah diteliti lewat simulasi lho, Sobat FOSCA. Tetapi hal yang tidak memungkinkan dari ini adalah keharusan dibentuknya “Galactic Club” supaya semua peradaban tersinkronisasi, dan hal ini tidak bisa diterapkan di galaksi kita. 🙁 

SOLUSI #4 – The Aestivation Hypothesis

Aestivation atau estivasi, yaitu ketidakaktifan hewan karena lingkungan yang panas. Well, istilah gampangnya sih “hibernasi”. Teori ini berargumen bahwa alien bukannya mati atau tidak nyata, tetapi mereka sedang istirahat! Atau bahkan mereka sedang menunggu waktu yang tepat? Tak dapat dipungkiri adanya kemungkinan ketika super-intelligent civilization berhasil menggantikan kehidupan dengan mesin, mereka menunggu hingga alam semesta berekspansi supaya komputasi yang digunakan bisa efisien (MinFOS bilangnya super-intelligent civilization saja ya biar terdengar cerdas HAHAHA).

Namun, pendapat lain mengemukakan bahwa mungkin para alien di super-intelligent civilization sedang menunggu posisi bintang terdekat ke Bumi untuk melakukan perjalanan mereka melalui itu. Sama halnya dengan perjalanan antariksa ke Mars dilakukan ketika posisi Mars paling dekat ke Bumi nih! Barangkali, mereka sudah mengunjungi Bumi dahulu kala dan tidak akan berkunjung lagi dalam waktu dekat, siapa tau ‘kan. 

SOLUSI #5 – The Rare Earth Hypothesis

Oke—the best for last—The Rare Earth Hypothesis” yang ingin menunjukkan bahwa meskipun di alam semesta ini begitu banyak planet, tetapi yang ‘hidup’ seperti Bumi sungguh unik dan susah terbentuk. Teori ini dipelopori oleh Peter Ward (geologis dan paleontologis) dan Donald Brownlee (astronomer dan astrobiologis) melalui buku mereka berjudul “Rare Earth: Why Complex Life Is Uncommon in the Universe” (Springer Verlag, 2000). 

Mulai pusing? Yuk kita bahas secara lebih ringkas! Dalam program penelitian Carl Sagan dan timnya bernama SETI (Search for Extra-Terrestrial Intelligence) Banyak radio-teleskop dengan diameter lebar didirikan di gurun Arizona untuk menangkap sinyal-sinyal yang mungkin membawa tanda-tanda kehidupan dari luar Bumi. Tetapi walau kita sudah banyak rumor beredar soal planet lain seperti bumi yang memiliki penghuni seperti layaknya manusia namun demikian, meskipun telah lebih dari 20 tahun teleskop-teleskop radio dengan piringan parabola lebar itu diarahkan ke segenap penjuru langit, tak ada satu “beep” pun terbaca atau “terdengar” di layar monitor yang dipasang 24 jam selama puluhan tahun itu. Harapannya, “beep” itu adalah salam pembuka dari makhluk cerdas di luar Bumi (ETI). 

Mari kita perjelas kembali apa itu rare hypothesis Teori Rare Earth atau tepatnya Hipotesis Rare Earth adalah suatu alternatif pemikiran yang dikatakan oleh para pengembang, penganut dan pembelanya sebagai solusi mengapa kita sampai sekarang tak berhasil mengadakan kontak dengan ETI. Sebab, menurut hipotesis ini, kehidupan yang kompleks seperti di Bumi yang pada puncaknya sekarang ini dapat melahirkan manusia yang menggunakan teknologi, adalah sangat jarang (Rare). Bentuk kehidupan seperti di Bumi ini jarang, langka di Alam Semesta, itulah pokok Rare Earth. Mengapa jarang? Sebab bentuk kehidupan kompleks di Bumi ini muncul oleh banyak peristiwa astronomi dan geologi sedemikian rupa yang sulit terjadi di tempat lain. 

Fakta Menarique #2

The Great Filter, hipotesis oleh Robin Hanson (ekonomis asal Oxford), dimana ada semacam filter yang menghambat kehidupan yang lebih sederhana untuk mencapai tingkat advanced dan berkomunikasi dengan kita.

Serangkaian syarat-syarat itu adalah seperti berikut:

(1) planet harus berada di dalam galactic habitable zone,

(2) bintang dan sistem planetnya punya karakter tersendiri,

(3) planet harus berada dalam circumstellar habitable zone –zone layak kehidupan di sekeliling bintang,

(4) ukuran planet harus tepat, tak boleh terlalu kecil tak boleh terlalu besar,

(5) planet harus punya satelit yang besar yang bisa mengakibatkan planetnya mendukung kehidupan,

(6) planet harus mempunyai magnetosfer dan gerak tektonik lempeng,

(7) komposisi kimiawi litosfer harus mendukung kehidupan,

(8) planet harus memiliki atmosfer dan lautan,

(9) planet harus punya peristiwa katastropik yang justru dapat memicu evolusi –‘evolutionary pumps’ seperti glasiasi masif dan benturan benda langit seperti yang terjadi saat ledakan jumlah spesies pada Cambrian explosion.

Rare Earth: Buku oleh Peter Ward

Fakta Menarique #3

Kardashev Scale, mengklasifikasikan extraterrestrial civilizations berdasarkan energi yang dapat dikeluarkan! 

  • Type I Civilization (planetary): dapat menyimpan semua energinya.
  • Type II Civilization (stellar): mampu mengendalikan energi semua bintangnya. 
  • Type III Civilization (galactic): mampu mengontrol energi seluruh galaksi.

Wah sudah di akhir pembahasan aja nih! Kalau dipikir-pikir pembahasan kita cukup berat ya… Well, menurut MinFOS sendiri sih ada juga kemungkinan peradaban alien yang setara atau bahkan lebih rendah daripada manusia Bumi, dan mungkin juga ada yang lebih advanced. Menurut pendapatmu, manakah hipotesis yang paling valid dan masuk akal? Kolom komentar kami terbuka bagi ruang diskusi ya! Next time kita ketemu lagi dalam pembahasan yang pastinya gak kalah menarik dari ini~ Dadah Sobat FOSCA. :3

– Cek Artikel Kami Sebelumnya Yuk! HOW?! Hewan Pulang ke Rumah

THE ANDROMEDA GALAXY Related to THE FERMI PARADOX

SUMBER :

https://www.bbvaopenmind.com/en/science/physics/five-solutions-to-the-fermi-paradox/

https://qr.ae/pvK1if

https://tektonesiana.org/awangs-memoirs/029-rare-earth-theory-intelligent-design-of-living-earth/

https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fwww.ubuy.co.id%2Fproductimg%2F%3Fimage%3DaHR0cHM6Ly9pbWFnZXMtbmEuc3NsLWltYWdlcy1hbWF6b24uY29tL2ltYWdlcy9JLzUxSzJVdHlsS3hMLl9TUzQwMF8uanBn.jpg&imgrefurl=https%3A%2F%2Fwww.ubuy.co.id%2Fen%2Fproduct%2F1036WTLW-rare-earth-why-complex-life-is-uncommon-in-the-universe&tbnid=9ThzYYyh2FDTqM&vet=12ahUKEwjr2d2SsPD2AhUehNgFHSZtDSoQMygEegQIARAl..i&docid=4VTcTI8Zqf0a_M&w=500&h=500&itg=1&q=the%20rare%20earth%20hypothesis%20indonesia&ved=2ahUKEwjr2d2SsPD2AhUehNgFHSZtDSoQMygEegQIARAl

https://www.universetoday.com/147161/beyond-the-fermi-paradox-v-what-is-the-aestivation-hypothesis/

https://youtu.be/UjtOGPJ0URM

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Drake_equation

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *