Halo Sobat FOSCA! Ketemu lagi nih sama MinFOS di artikel tentang Rabies. Wih, jarang-jarang ‘kan denger penyakit yang 99% mematikan? Ngalah-ngalahin kanker, lho. Untuk sedikit latar belakang, penyakit Rabies itu ditularkan oleh hewan melalui ludahnya. Virus ini seakan-akan tidak terlihat oleh imunitas tubuh kita karena virus ini bereplikasi dengan sangat pelan di jaringan otot manusia, sehingga tidak menyebabkan “kepanikan”. Menurut MinFOS sih virus Rabies itu ahli strategi ya! Simak penjelasannya yuk~
Rabies ‘tuh Apaan Sih?
Rabies (penyakit anjing gila) merupakan penyakit menular akut yang menyerang susunan saraf pusat pada manusia dan hewan berdarah panas yang disebabkan oleh virus rabies, ditularkan melalui saliva (anjing, kucing, kera) yang kena rabies dengan jalan gigitan atau melalui luka terbuka.
Penyakit rabies masuk pertama kali ke Indonesia pada tahun 1884, ditemukan oleh Schrool (orang Belanda) pada kuda, kemudian tahun 1889 Esser W, J,. dan Penning menemukan penyakit rabies pada anjing. Pada tahun 1894, pertama kali virus rabies menyerang manusia, ditemukan oleh EV De Haan (orang Belanda).
Apa yang Menyebabkan Rabies?
Infeksi ini disebabkan oleh virus rabies yang menyebar melalui air liur hewan yang terinfeksi. Infeksi virus ini dapat menyebar kepada hewan lain maupun kepada manusia melalui gigitan hewan yang terinfeksi. Pada kasus yang jarang ditemui, virus ini menyebar ketika air liur dari hewan yang terinfeksi masuk ke tubuh manusia melalui mulut, mata atau luka terbuka, hal ini terjadi ketika hewan tersebut menjilat bagian tubuh manusia yang bersangkutan.
Hewan yang dapat menyebarkan virus ini adalah hewan mamalia, seperti kucing, anjing, sapi, kambing, musang, kelelawar, rakun, serigala, monyet dan lain-lain.
Emang ada Tanda-tandanya jika Kita Terinfeksi?
Gejala awal dari rabies menyerupai gejala flu hingga beberapa hari, namun selanjutnya gejala akan berkembang semakin parah. Tanda dan gejala dari rabies yang perlu diketahui antara lain adalah:
- Demam
- Nyeri kepala
- Mual
- Muntah
- Rasa gelisah dan tidak nyaman
- Rasa cemas berlebihan
- Kebingungan
- Hiperaktif
- Sulit menelan
- Air liur menjadi banyak
- Takut kepada air
- Halusinasi
- Insomnia
- Kelumpuhan sebagian anggota gerak
Gimana Cara Mencegah atau Mengobatinya ya?
Cara terbaik untuk mencegah penyakit rabies ialah dengan
- Menghindari binatang yang bisa menularkan virus rabies
- Binatang peliharaan yang ada di rumah harus diberikan vaksin rabies agar tidak terkena virus lyssa
- Apabila digigit atau dicakar oleh binatang yang dicurigai memiliki virus rabies, harus segera lapor ke puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan Virus Anti Rabies (VAR)
- Bintang yang dicurigai memiliki rabies, dianjurkan untuk tidak berkeliaran di sekitar rumah
Nah, selanjutnya ada cara pengobatan untuk rabies ini lho atau virus lyssa, apa aja sih??
- Mencuci daerah luka sesegera mungkin dengan air sabun selama 5 menit untuk mencegah infeksi
- Bubuhkan antiseptik seperti betadine setelah luka itu dicuci
- Segera pergi ke dokter untuk perawatan lebih lanjut dan mengetahui apakah ada resiko terinfeksi rabies atau tidak
Seluk-beluk The Milwaukee Protocol
“The Milwaukee Protocol”
Apakah nama itu terdengar asing di telinga Sobat FOSCA sekalian? Jadi gini… beberapa tahun silam, ada seorang remaja perempuan bernama Jeanna Giese. Pada umurnya yang ke-15, ia terinfeksi rabies dari kelelawar yang ia bawa pulang. Ia tidak gak bisa ngomong, duduk, berdiri, dan selalu sadar kemudian tidak sadar lagi. Memang, penyakit ini sudah terbukti sangat mematikan, namun para dokter di Milwaukee tidak menyerah! Mereka membuat Giese koma, sehingga antibodinya membentuk pertahanan yang lebih kuat terhadap virus. Proses ini menyelamatkan nyawa Giese, dan inilah yang dinamakan sebagai The Milwaukee Protocol.
Giese memulihkan hampir semua fungsi kognitifnya dalam kurun waktu beberapa bulan, walau masih ada beberapa side effects yang ia rasakan. Menariknya, hanya Jeanne Giese yang dapat sembuh melalui pengobatan ini—menjadikannya survivor rabies tanpa vaksin pertama—dan ia kurang lebih adalah perempuan normal sekarang. Tapi jangan khawatir, ya, Sobat FOSCA! Karena rabies dapat dicegah dengan vaksin! 🙂
Gimana ya Rasanya Terinfeksi Rabies?
Setelah tergigit hewan terinfeksi atau terpapar virus rabies, Anda memang tidak langsung mengalami gejala. Pasalnya, virus rabies membutuhkan waktu untuk mencapai otak atau sistem saraf dan mulai menginfeksi.
Menurut CDC, berikut adalah tahapan perkembangan gejala rabies pada manusia yang perlu diwaspadai.
1. Masa inkubasi infeksi virus rabies
Masa inkubasi adalah waktu di antara penularan virus sampai munculnya gejala awal rabies. Pada periode ini, Anda biasanya tidak merasakan keluhan apapun, Masa inkubasi rabies bisa berlangsung selama 2-3 bulan. Dalam beberapa kasus, masa inkubasi bisa juga terjadi selama 1 minggu setelah penularan.
ika Anda tergigit anjing terinfeksi rabies pada bagian tubuh yang dekat dengan otak, masa inkubasi virus rabies akan lebih pendek. Namun, faktor seperti tipe virus rabies yang menginfeksi dan kondisi kekebalan tubuh juga memengaruhi lamanya masa inkubasi.
2. Gejala awal infeksi rabies
Pada tahap awal infeksi, penyakit rabies belum menunjukkan ciri-ciri gangguan pada sistem saraf. Gejala awal rabies umumnya serupa dengan penyakit infeksi kebanyakan yang meliputi:
- Demam mencapai 38 derajat Celcius atau lebih
- Sakit kepala
- Kecemasan
- Merasa tubuh tidak sehat secara keseluruhan
- Sakit tenggorokan
- Batuk
- Mual disertai muntah
- Kehilangan nafsu makan
- Gatal, nyeri, dan sensasi terbakar di area luka rabies
- Kesemutan atau mati rasa di area luka rabies
Gejala awal ini berlangsung akut atau sementara selama 2 hingga 10 hari. Seiring dengan berjalannya waktu, infeksi akan semakin berkembang menyebabkan gejala rabies bertambah parah.
3. Gejala rabies lanjutan
Gejala rabies lanjutan atau klinis menunjukkan ciri-ciri gangguan neurologis. Artinya, virus telah lebih lanjut menginfeksi sistem saraf sehingga menyebabkan peradangan otak (ensefalitis).
Pada tahap ini, gejala lebih kentara dan tingkat keparahannya semakin berat. Gangguan yang dialami biasanya mencakup perubahan perilaku yang ekstrem dan tidak menentu, seperti lebih hiperaktif, agresif hingga berhalusinasi.
Inilah dampak yang disebabkan oleh rabies ketika telah menyerang otak dan sistem saraf:
- Merasa kebingungan, resah, dan gelisah
- Lebih agresif dan hiperaktif
- Kejang otot dan kelumpuhan mungkin terjadi
- Bernapas cepat terkadang kesulitan bernapas
- Memproduksi lebih banyak air liur
- Takut dengan air (hydrophobia)
- Takut cahaya (photophobia)
- Kesulitan menelan
- Berhalusinasi
- Bermimpi buruk dan insomnia
- Ereksi permanen pada pria
Semakin lama, penderita bisa mengalami kesulitan bernapas yang cukup parah hingga hiperventilasi, sebagaimana orang yang mengalami serangan panik.
Pada beberapa kasus, gejala lanjutan rabies bisa berkembang secara perlahan sampai akhirnya menyebabkan kelumpuhan. Kelumpuhan awalnya dialami pada bagian yang terluka dan menyebar ke bagian tubuh lain di sekitarnya. Kondisi ini dikenal juga dengan rabies paralisis.
4. Koma dan kematian
Setelah gejala klinis muncul, penyakit rabies biasanya sudah tergolong fatal. Gejala rabies paralisis yang terus bertambah parah dapat menyebabkan penderitanya berisiko mengalami koma.
Sayangnya, koma akibat rabies seringkali berujung pada kematian hanya dalam hitungan jam, kecuali penderitanya terhubung dengan alat bantu pernapasan (ventilator). Kematian biasanya terjadi dari hari ke-4 hingga hari ke-7 setelah koma mulai berlangsung.
Segitu dulu penjelasan tentang Rabies! Semoga Sobat FOSCA semua bisa lebih teredukasi agar dapat mencegah terinfeksi virusnya… Kritik, saran, dan diskusi terbuka di kolom komentar. See you on the next article~
– Baca Juga LIE DETECTOR Si Pembasmi Kebohongan
Sumber
https://www.scientificamerican.com/article/jeanna-giese-rabies-survivor/
https://historyofyesterday.com/the-first-unvaccinated-rabies-survivor-in-history-6b14a1c38ae0
https://hellosehat.com/infeksi/infeksi-virus/penyakit-rabies-pada-manusia/