Hi Sobat FOSCA! 😀 Wiii artikel ketiga setelah liburan Ramadan nih. Hayo siapa yang kangen sama artikel buatan MinFOS? Kali ini, kita akan membahas tentang mesin canggih pendeteksi kebohongan a.k.a lie detector a.k.a poligraf. Sedikit sneak peak—mesin ini dengan hebatnya dapat menentukan apakah seseorang berbohon atau tidak, lho… Well, mungkin sebagian dari kalian sudah tahu bagaimana cara kerjanya, tapi apakah kira-kira kita dapat membohongi lie detector machine? Simak pembahasannya, yuk!
Apa itu Lie Detector? Fungsinya Buat Apa?
Lie detector adalah sebuah mesin poligraf yang dirancang dengan sensor khusus guna mendeteksi kebohongan pada manusia.
Alat pendeteksi kebohongan pertama kali ditemukan oleh James Mackezine tahun 1902 di negara Amerika. Mesin polygraph ini sebenarnya dikembangkan dari mesin pendeteksi untuk sirkulasi yang dibuat Cambridge dan Paul Instrumen dari perusahaan di Inggris bernomor L-933517. Kemudian James mengembangkan alat ini sebagai alat yang dapat mendeteksi kebohongan pada waktu yang sama juga mencatat perubahaan proses fisiologis, seperti tekanan darah dan detak jantung.
Gimana sih Cara Kerjanya?
Alat pendeteksi kebohongan pada dasarnya mendeteksi adanya kebohongan dari sistem gelombang. Dimana ini mencatat dan merekam reaksi seseorang dalam bentuk gelombang magnetik ketika ia diberikan sejumlah pertanyaan secara berkelanjutan. Bila seseorang bohong maka gelombang akan bergetar cepat. Sebaliknya jika seseorang jujur, maka gelombang tidak bergetar dengan cepat dan tidak terdeteksi oleh alat.
Ketika menjawab sebuah pertanyaan, reaksi psikologis yang muncul tanpa disadari sesungguhnya mempengaruhi cara kerja organ tubuh yang ada. Sehingga, sensor dapat mendeteksi apabila ada perubahan yang abnormal dari tubuh Anda. Hasil tracking mengenai tubuh Anda pun akan langsung tertera pada sebuah kertas grafis.
Lie detector, dapat mendeteksi 3 jenis sesor yang ada yaitu ; Sensor pneumonograph (mendeteksi napas yang ada di dada dan perut), Sensor Blood Pressure Cuff (mendeteksi adanya perubahan tekanan darah dan detak jantung), Sensor Skin Resistance (melihat dan mendeteksi keringat yang ada di tangan).
Apakah Hasilnya Akurat?
Berdasarkan cara kerjanya, keakuratan lie detector masih menjadi kontroversi. Pemeriksaan melalui lie detector umumnya akurat hingga 90%, tapi ini belum tentu berlaku untuk semua kasus. Pasalnya, alat ini hanya memonitor dan menunjukkan reaksi perubahan psikologis ketika seseorang mengucapkan sesuatu. Gelagat fisik yang seringnya menandakan orang sedang berbohong seperti gagap, berkeringat, atau gerak bola mata yang tidak fokus tidak selalu menjadi petunjuk kebohongan, namun bisa menandakan seseorang sedang gugup, stres, atau merasa tidak nyaman dalam suatu kondisi tertentu. Selain itu, pada umumnya tiap orang punya gaya bicara yang beragam, belum lagi memperhitungkan kelihaian orang-orang untuk menutupi kebohongan.
Mendeteksi kebohongan bukanlah tugas yang mudah, bahkan cenderung tidak bisa dilakukan dengan mata telanjang, sebab tidak ada standar kebohongan yang bisa diukur melalui alat fisik maupun nonfisik. Namun para peneliti masih terus berusaha mengembangkan metode lie detector yang lebih efektif, misalnya penggunaan pencitraan otak fungsional untuk mengukur kebohongan.
Membohongi Lie Detector? Emangnya Bisa?
Oke pertama-tama, hasil lie detector kurang akurat apabila orang yang menggunakannya sedang dalam keadaan penuh tekanan, biasanya karena pihak yang memberi pertanyaan terkesan mengintimidasi. Coba Sobat FOSCA bayangin nih, kalian lagi duduk dengan tangan dan kaki yang ditahan, ada seorang pimpinan militer yang menanyakan beberapa pertanyaan. Tentunya kalian merasakan perasaan grogi dan takut salah jawab bukan? Kalau begitu, otomatis hasilnya jadi tidak akurat, karena gerak-gerik tubuh kita mengindikasi “nervous” yang sama dengan saat kita berbohong.
Sebenarnya, para penguji pun punya triknya sendiri, lho gengs! Mereka memberi pertanyaan yang relevan (contohnya “apakah kamu merampok bank?”) maupun yang irelevan (seperti “apakah kamu pernah mengambil barang yang bukan hakmu atau milikmu?”). Kebanyakan orang akan menjawab tidak pada pertanyaan irelevan di atas, dan itulah yang dijadikan standar tes sebab orang tersebut tidak dibawah tekanan.
Tau gak sih bahwa George Maschke berhasil mengelabui lie detector?! Nah, beliau memberi kita sedikit tips ‘n tricks nih, Sobat FOSCA… (Eits, ini terbatas hanya diketahui oleh kita ya xixixi). Jadi gini, saat kita menjawab pertanyaan irelevan, kita dapat memikirkan jawaban sembari menghitung soal matematika agar respon kita lebih “heboh”. Yaaa karena jawaban dari pertanyaan irelevan lebih heboh, jawaban dari pertanyaan relevan akan lolos deh.
Eh tunggu dulu! Mungkin membohongi lie detector gampang karena kita dapat melebih-lebihkan atau mengontrol reaksi tubuh. Tetapi, membohongi si penguji jelas sulit boi. Orang yang jujur pun berpotensi gagal karena ia pasti mencoba mengontrol gerakan fisiologisnya (gerakan tubuhnya). Banyak peneliti yang bilang kalau tes semacam ini mencapai tingkat tidak akurat hingga 15%, lho, karena respon fisiologis itu tidak melulu soal kebohongan. Maka dari itu, negara Amerika dan Eropa tidak menerima hasil poligraf untuk menindak lanjuti kriminal. Namun, tetap digunakan untuk memeriksa tingkah laku narapidana kasus pelecehan seksual dan menyeleksi anggota CIA.
– Masa Sobat FOSCA ga kepo sih; Mulai Umur Berapa Kita Jago Berbahasa?
Source :
https://www.bbc.com/indonesia/vert_fut/2016/05/160429_vert_fut_detektor_kebohongan
https://hellosehat.com/sehat/informasi-kesehatan/fungsi-dan-cara-kerja-lie-detector/
https://www.sehatq.com/artikel/seberapa-ampuh-lie-detector-alat-pendeteksi-kebohongan
https://satujam.com/alat-pendeteksi-kebohongan-atau-lie-detector-test/