Pasti kalian sudah tidak asing lagi ketika mendengar kata ‘rabies’. Namun, jika ditanya lebih lanjut bagaimana sih gejalanya? mungkin masih banyak yang belum tau. Dan seringkali orang awam mengaitkan rabies dengan ‘anjing’.
Tapi apakah rabies itu hanya karena anjing saja? Atau masih banyak faktor lain?
Yuk kita bahas!
Rabies merupakan penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus yaitu Rhabdovirus, virus ini menyerang sistem saraf pusat (SSP) hewan mamalia termasuk juga manusia. Rabies tergolong penyakit yang berbahaya karena berisiko kematian jika tidak cepat ditangani.
Penyebab Rabies
Infeksi ini disebabkan oleh penyebaran virus rabies melalui air liur hewan yang terinfeksi. Infeksi virus ini dapat menyebar kepada hewan lain maupun kepada manusia jika air liur dari hewan yang terinfeksi masuk ke tubuh manusia melalui mulut, mata atau luka terbuka, hal ini terjadi ketika hewan tersebut menjilat bagian tubuh manusia yang bersangkutan.
Hewan yang dapat menyebarkan virus ini adalah hewan mamalia, seperti kucing, anjing, sapi, kambing, musang, kelelawar, dan lain-lain. Pada kasus yang jarang terjadi, penularan virus rabies dapat terjadi dari manusia ke manusia, melalui transplantasi organ.
Orang-orang yang berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi virus ini yaitu:
- Orang yang tinggal atau bepergian ke daerah negara berkembang yang masih umum ditemukan virus rabies ini pada binatang.
- Orang yang senang beraktivitas di alam terbuka seperti berkemah dan berjelajah di gua-gua.
- Orang yang bekerja atau meneliti virus rabies di laboratorium.
- Luka terbuka pada daerah kepala atau leher yang dapat mempermudah penyebaran virus ke otak secara cepat.
Gejala – Gejala Rabies
Gejala awal rabies biasanya muncul 30–90 hari setelah seseorang tergigit hewan yang terinfeksi virus rabies. Namun pada kasus tertentu, gejala juga bisa muncul lebih cepat atau lebih lambat.
Gejala khas atau awal rabies dapat mirip dengan gejala flu. Penderita umumnya mengalami demam, sakit kepala, dan nyeri otot. Rasa kesemutan, nyeri, dan gatal yang sangat mengganggu di area bekas gigitan juga dapat terjadi.
Selain itu, beberapa gejala awal yang juga dapat dialami penderita adalah:
- Lemas
- Malas makan
- Nyeri kepala
- Menggigil
- Nyeri tenggorokan
- Mual dan muntah
- Diare
- Gangguan cemas
- Gelisah
- Sulit tidur atau insomnia
- Depresi
Jika rabies tidak teridentifikasi dan tidak ditangani, gejala akan berkembang menjadi lebih parah. Gejala lanjutan ini bisa digolongkan menjadi dua tipe, yaitu tipe agresif dan tipe paralitik.
Gejala lanjutan rabies tipe agresif
Kebanyakan rabies yang disebabkan oleh gigitan anjing akan menimbulkan gejala ini. Penderita akan mengalami episode “marah”, yang ditandai dengan rasa gelisah, linglung, perilaku hiperaktif, muncul keinginan untuk memukul atau menggigit, dan halusinasi. Episode ini biasanya hanya bertahan kurang dari 5 menit, tetapi dapat muncul kembali. Penderita juga dapat mengalami kejang dan kram otot. Di beberapa kasus, gejala dapat berkembang menjadi tipe paralitik. Kematian dapat terjadi karena henti jantung atau gagal napas.
Gejala lanjutan rabies tipe paralitik
Penderita yang mengalami gejala ini akan lebih “diam”. Namun, gejala demam dan sakit kepala akan lebih berat. Penderita juga akan mengalami kelumpuhan yang menjalar, mulai dari anggota badan yang digigit hingga ke atas. Kematian dapat terjadi jika kelumpuhan sudah menjalar hingga ke otot napas.
Di luar gejala di atas, penderita rabies juga dapat mengalami:
- Produksi air liur bertambah
- Fotofobia atau takut terhadap cahaya
- Hidrofobia atau takut air
- Priapismus atau ereksi tanpa ada rangsangan seksual
Contoh Kasus
Kasus penyakit rabies akibat gigitan anjing di Bali bertambah sejak akhir 2008 hingga mencapai 74 kasus hingga Juli 2010.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Nyoman Sutedja, memastikan 35 orang positif meninggal akibat rabies dari 74 kasus tersebut.
Menurut Nyoman Sutedja, kepastian angka kematian yang mencapai 35 orang tersebut dikonfirmasi melalui proses laboratorium, sedangkan sisanya hanya diduga atau suspect karena belum sempat diuji laboratorium.
Kasus kematian akibat rabies terakhir terjadi pada tanggal 22 Juli pekan lalu dialami oleh seorang wanita berusia 40 tahun.
Nyoman Sutedja mengatakan kasus rabies masih terjadi akibat pergerakan anjing yang sangat luas di Bali
”Karena budaya di Bali memang senang memelihara anjing. Yang berbahaya adalah 74% anjing peliharaan ini sulit dipantau karena dilepas bebas, hanya 26% yang diikat sehingga rabies mudah menyebar dan sulit bagi dinas terkait untuk memvaksinasi”.
”Saat ini kami tengah bekerjasama dengan perangkat desa untuk pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan kultural agar masyarakat mau bekerja sama agar mau memvaksin anjing mereka dan tidak melepas secara bebas”.
Penanganan Rabies
Tidak ada “obat” yang efektif untuk menangani seseorang yang terkena rabies. Beberapa orang yang terkena rabies dapat selamat, namun mayoritas orang yang terkena rabies berakhir dengan kematian.
Jika seseorang digigit oleh hewan yang diketahui terinfeksi dengan rabies, orang tersebut harus disuntik beberapa kali agar virus rabies tidak menginfeksi orang tersebut.
Ada beberapa tipe suntikan rabies:
- Suntikan cepat (globulin imun rabies) untuk mencegah virus rabies menginfeksi seseorang. Suntikan ini harus didapatkan secepatnya setelah tergigit hewan yang terinfeksi rabies.
- Beberapa kali vaksinasi rabies untuk membantu badan seseorang mengidentifikasi dan melawan virus rabies. Vaksinasi rabies disuntik selama 4 kali dalam jangka waktu 14 hari.
Pencegahan Rabies
Rabies adalah penyakit yang berbahaya yang harus dihindari. Berikut ini tindakan pencegahan rabies :
- Melakukan vaksinasi pada hewan peliharaan, seperti anjing atau kucing.
- Jangan biarkan hewan peliharaan berkeliaran sendirian.
- Menutup lubang atau celah di rumah yang bisa menjadi sarang hewan liar.
- Menghindari kontak dengan hewan liar.
- Tidak memelihara hewan liar sembarangan.
- Melapor ke lembaga pengendalian hewan liar jika muncul hewan liar.
- Melakukan vaksin rabies sebelum berkunjung ke wilayah yang sering terjadi penularan rabies.
Bagaimana cara mengidentifikasi hewan yang terkena rabies?
Kadang, hewan yang terkena rabies dapat diidentifikasi langsung setelah digigitnya.
- Kucing, anjing, dan musang dapat diobservasi 10 hari setelah gigitannya untuk melihat apakah muncul gejala gejala mirip rabies. Jika hewan hewan di atas yang menggigit seseorang tetap sehat selama 10 hari, maka orang tersebut tidak perlu suntikan rabies. gigitan hewan peliharaan dan hewan peternakan lainnya dapat dipertimbangkan secara kasus per kasus, dan disarankan untuk membicarakannya dengan dokter atau tenaga medis lainnya untuk menentukan jika seseorang terkena rabies.
- Hewan liar yang ditemukan dan ditangkap, misalkan kelelawar, dapat diburu terlebih dahulu dan dites jika hewan tersebut terdapat rabies pada otaknya atau tidak.
- Jika hewan yang menggigit seseorang tidak dapat ditemukan kembali, maka sangat disarankan untuk langsung diperiksa ke dokter atau tenaga medis lainnya terdekat. Kemungkinan hewan yang menggigit seseorang terinfeksi rabies memang tidak terlalu memungkinkan, namun alangkah baiknya untuk mempertimbangkan kemungkinan terburuk, dan langsung periksa ke dokter.
Sumber
- Penyuluhan Penyakit Rabies | Situs Resmi Departemen IPHK FKH IPB
- Rabies – Gejala, penyebab dan mengobati – Alodokter
- 74 kasus Rabies di Bali – BBC News Indonesia
- Rabies – Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati | Halodoc.com
- https://www.alodokter.com/rabies/pencegahan
- Rabies – Diagnosis and treatment – Mayo Clinic