Haloo sobat FOSCA,Kalian tahu gak sih, pada tanggal 2 November Indonesia mengadakan Konferensi Meja Bundar lohh
Tetapi apakah kalian tahu Indonesia mengadakan KMB dengan siapa, bagaimana alur jalannya, serta bagaimana dengan hasil dan dampak KMB
Penasaran??
Yuk simak penjelasan dibawah ini!
Pengertian Konferensi Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah suatu pertemuan antara pihak Belanda, Indonesia, dan Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO). Pertemuan ini digelar untuk menyelesaikan masalah antara Indonesia dan Belanda yang sudah lama terjadi. Setelah melewati berbagai konferensi untuk persiapan mencari kesepakatan kedaulatan, Konferensi Meja Bundar berlangsung mulai tanggal 23 Agustus hingga 2 November 1949 di Den Haag, Belanda.
Alur Peristiwa Konferensi Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar berlangsung mulai tanggal 23 Agustus hingga 2 November 1949 di Den Haag, Belanda.
Alur peristiwa dari Konferensi Meja Bundar di antaranya :
- Pada 18 Desember 1948
Belanda melakukan Agresi Militer II terhadap Indonesia dan melanggar Perjanjian Renville yang telah disepakati. Sebelumnya, Belanda juga pernah melancarkan Agresi Militer I sebagai bentuk pelanggaran Perjanjian Linggarjati. Agresi Militer II membuat Belanda mendapat kecaman dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan dunia internasional. Terlebih, Belanda menangkap beberapa pemimpin Republik Indonesia seperti Ir. Sukarno, Mohammad Hatta, Haji Agus Salim, dan beberapa menteri kabinet yang saat itu bertugas di ibu kota sementara, Yogyakarta.
- Pada 28 Januari 1949
Dewan Keamanan PBB memberi teguran terhadap Belanda dan menuntut dikembalikannya seluruh petinggi RI serta pemulihan pemerintahannya. Menurut Ide Anak Agung Gde Agung dalam Twenty Years Indonesian Foreign Policy: 1945-1965 (1973), PBB juga menyarankan diadakannya perundingan agar kedua belah pihak bisa mendapatkan penyelesaian.
- Tanggal 4 April 1949
digelar Perundingan Roem-Royen antara Belanda dan Indonesia. Perundingan ini berakhir pada 7 Mei 1949 dan menghasilkan beberapa kesepakatan, diantaranya persetujuan diadakannya KMB di Den Haag, kembalinya pemerintahan Republik ke Yogyakarta pada 6 Juli 1949, dan penerapan gencatan senjata.
- Tanggal 19-22 Juli 1949 dan 31 Juli-3 Agustus 1949
Setelah itu, perundingan antara pihak RI dan BFO dilakukan. Pertemuan ini disebut sebagai Konferensi Inter-Indonesia, dilaksanakan pada 19-22 Juli 1949 di Yogyakarta dan 31 Juli-3 Agustus di Jakarta. BFO atau Majelis Permusyawaratan Federal adalah sebuah komite yang terdiri dari 15 pemimpin negara bagian dan daerah otonom di dalam Republik Indonesia Serikat (RIS). Menurut Marwati dan Nugroho dalam Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI (1990), perbincangan dalam konferensi ini menghasilkan bentuk negara. Republik Indonesia Serikat (RIS) adalah bentuk baru.
Tokoh Konferensi Meja Bundar
Indonesia membentuk delegasi pada tanggal 11 Agustus 1949 yang akan turut dalam perundingan Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda. Selain Mohammad Hatta sebagai ketua delegasi, beberapa tokoh juga turut dilibatkan. Mereka adalah Mohammad Roem, Mr. Supomo, Dr. J. Leimena, Mr. Ali Sastroamidjojo, Ir. Djuanda, Sukiman, Mr. Sujono Hadinoto, Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Abdul Karim Pringgodigdo, Kolonel T.B. Simatupang, serta Mr. Muwardi.
Tujuan diadakan Konferensi Meja Bundar
1.Meredam segala bentuk kekerasan yang dilakukan Belanda
Konferensi Meja Bundar digunakan sebagai media perundingan antara Indonesia dengan Belanda yang akan menghentikan segala bentuk kekerasan Belanda terhadap Indonesia. Serangan yang dilakukan oleh Belanda memang bisa diatasi oleh pasukan Indonesia dan berakhir pada kekalahan Belanda. Tetapi ada kerugian yang terjadi sebagai dampak agresi militer. Kerugian tersebut berada pada pihak Indonesia. Ketika Indonesia baru saja memproklamirkan kemerdekaannya, Indonesia belum punya paratur negara yang kokoh sebagaimana negara berdaulat lainnya. Akan tetapi Indonesia selalu digempur dengan serangan-serangan sebagai usaha mengekang kemerdekaan Indonesia.
2. Usaha memperoleh kedaulatan
Salah satu tujuan diadakan Konferensi Meja Bundar lainnya adalah memperoleh kedaulatan, terutama dari Belanda. Walaupun Indonesia sudah merdeka, tetapi kedaulatan Indonesia belum diakui oleh Belanda dan Belanda masih bebas mengeksploitasi sumber daya Indonesia.
3. Menyelesaikan sengketa antara Indonesia dan Belanda
Belanda telah berada di Indonesia selama kurang lebih 350 tahun. Dalam jangka waktu tersebut, telah banyak keterkaitan antara Belanda dan Indonesia. Oleh karena itu, tujuan diadakan Konferensi Meja Bundar ini adalah untuk melepaskan Indonesia dari keterkaitannya dengan Belanda baik dalam struktur, infrastruktur, serta sistem yang ada di Indonesia
Hasil dan Dampak Konferensi Meja Bundar
Hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah:
- Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat pada akhir Desember 1949.
- Akan dibentuk Uni Indonesia-Belanda. Dalam uni itu, Indonesia dan Belanda akan bekerja sama. Kedudukan Indonesia dan Belanda sederajat.
- Indonesia akan mengembalikan semua milik Belanda dan membayar utang-utang Hindia Belanda sebelum tahun 1949.
- Masalah Irian Barat akan dibahas satu tahun kemudian.