Hai Sobat FOSCA! Balik lagi nih sama MinFOS dalam artikel terbaru… Sesuai judulnya, MinFOS mau membahas soal cacat logika atau logical fallacy. Nah, biasanya, cacat logika itu kerap terjadi saat seseorang mengemukakan argumennya yang terkadang tidak sesuai fakta atau tidak masuk akal. Et, tak lupa kita juga menyertakan contohnya dalam kehidupan sehari-hari supaya mudah dimengerti! Cusss ke pembahasannya~
Eh Bentar! Cacat Logika ‘tuh apa ya?
Cacat logika itu kesalahan berlogika atau logika yang berasal dari asumsi-asumsi yang keliru. Ini merupakan cara mengelabui dengan menggunakan nalar yang menyesatkan dimana informasi-informasi yang diberikan terlihat mendukung sebuah kesimpulan secara logis. Simpelnya sih cacat logika ‘tuh salah mengerti suatu hal atau menggunakan argumen yang tidak sesuai konteks. Tidak sebatas itu, lho, apa lagi ya contohnya?
Macam-macam Cacat Logika
1. Strawman Fallacy
Strawman fallacy kesalahan dalam memahami argumen seseorang. Kesalahan dalam menyerap informasi yang terlontar oleh lawan bicara dan menggambarkan kembali dan memberikan interpretasi atau pandangan yang berlebihan menjadi dasar dalam kecacatan logika yang satu ini.
Contoh:
Amin berpendapat bahwa memberikan santunan akan lebih baik kepada panti jompo dibandingkan panti asuhan. Aca berargumen bahwa Amin tidak memiliki rasa kemanusiaan terhadap anak-anak di dunia dengan tidak memberikan donasi kepada anak terlantar yang berada dalam panti asuhan.
Kalau dari contoh ini, jelas-jelas Aca mengambil kesimpulan yang kurang tepat karena Amin sendiri tidak pernah berkata demikian. Pendapatnya mengenai argumen Amin pun dilebih-lebihkan.
2. The Fallacy-fallacy
The Fallacy-fallacy adalah suatu bentuk kecacatan logika yang terjadi saat ada orang membuat klaim dan menarik kesimpulan secara salah, sehingga orang menginterpretasikannya secara salah juga. Atau seperti orang yang membuat premis suatu hal itu benar namun mengambil kesimpulan secara keliru, maka klaim dari suatu hal kesatuan tersebut menjadi salah.
Contoh:
Diar berkata bahwa kita harus mencegah korupsi karena itu keren. Sehingga Sonia berasumsi bahwa lebih baik korupsi saja karena tidak peduli mau keren atau tidak yang penting kita kaya. Pernyataan Diar tidak fundamental dan tak berdasar, kecuali ia memberi alasan demi menjaga keuangan negara sehingga rakyat bisa tergugah untuk tidak korupsi.
3. Tu quoque
Tu quoque adalah bentuk kecacatan logika yang sangat mungkin dan paling banyak tidak kita sadar, nih Sobat FOSCA. Bentuk kecacatan logikanya adalah ketika anda memilih untuk tidak terpojokkan oleh lawan bicara atau debat anda dengan menyalahkan lawan bicara atau debat anda. Atau bisa dibilang balik menuduh lawan dan membuka kesalahan lawan bicara/debat anda.
Contoh:
“Maaf nih Karin, kamu gak menjelaskan tentang maksud hak setiap negara tentang zona ekonomi eksklusif. Kamu lebih fokus berputar pada zona laut teritorial antar negara saja.”
“Iyakah? Maaf tadi Shofi tidak jelas dalam menyebutnya sehingga tidak aku bahas.”
“Lho, gimana sih?”
4. Loaded Question
Logical fallacy yang ini bisa menyerang secara langsung atau tidak langsung lawan bicara atau debat anda. Kecacatan logika yang satu ini ibarat bom. Dimana suatu pertanyaan terbuat untuk dapat membuat lawan anda terkena mental dan terpaksa untuk melakukan hal defensif dan membela dirinya yang mana itu tidak ada dalam konteks hal yang didebatkan. Cacat logika yang ini sekilas mirip dengan argumentum ad hominem, namun memiliki alur dan premis yang berbeda.
Contoh:
“Oh iya Jul, tadi kamu menyebutkan bahwa zat adiktif sangat berbahaya bagi tubuh. Terus, gimana dengan di hari Senin tanggal 12 Desember 2020 saat aku lihat kamu menghirup lem. Itu bagaimana ya Jul tanggapannya?”
“Gak gitu Azkhiaaa…”
5. Appeal to Popularity
Nah, yang satu ini, kita cenderung menganggap suatu klaim benar karena banyak yang menyakini hal itu benar. Istilahnya ngikutin trend!
Contoh:
Khiah, Cantika, dan Vien berpikir bahwa universitas negeri itu lebih bagus dari universitas swasta, dan Ariza ikutan berpikir bahwa hal itu pasti benar.
6. Hasty Generalization (Overgeneralization)
Generalisasi yang berlebihan atau menganggap suatu hal sama rata dengan hal lainnya bisa disebut sebagai hasty generalization.
Contoh:
“Halah semua cewe sama aja! Iya ‘kan Alip?”
“Baca artikel terbaru MinFOS dulu gih, Tuta. Biar gak kejebak logical fallacy 😅.”
Segitu dulu penjelasannya dari MinFOS. Di antara Sobat FOSCA semua mungkin ada yang masih terjebak dalam kesesatan berpikir ini. Tapi, semoga Sobat FOSCA semua bisa mengasah logikanya dan lebih bijak dalam berargumen ya! Coba komen, cacat logika apa saja nih yang pernah kamu alami?
Source :