Pengertian Karst
Istilah karst berawal dari karra/garra (bahasa Slovenia) kemudian mengalami evolusi menjadi kars/kras yang mempunyai makna daerah berbatu, daerah tanpa air (tandus). Istilah ini juga menunjuk suatu daerah di perbatasan Slovenia – Italia, tepatnya distrik timur dari Trieste (Italia) yaitu Dinaric Karst.
Menurut Ford & William (2007), karst merupakan daerah yang memiliki bentang alam dan pola hidrologi khusus yang terbentuk dari kombinasi sifat batuan yang memiliki tingkat kelarutan tinggi serta porositas sekunder yang berkembang dengan baik.
Samodra (2001) menjelaskan bahwa secara sempit kawasan karst dapat diartikan sebagai suatu kawasan yang diwarnai oleh kegiatan pelarutan atau karstifikasi. Dalam konteks yang lebih luas, kawasan karst merupakan perpaduan antara unsur-unsur morfologi, kehidupan, energi, air, gas, tanah, dan batuan yang membentuk satu kesatuan sistem yang utuh.
Menurut Glossary of Karst and Cave Terms Karst adalah bentukan permukaan bumi umumnya dicirikan dengan adanya lubang (sinkhole), sungai hilang, tekanan/depresi tertutup, aliran air/sungai bawah tanah, dan gua. Daerah ini dibentuk oleh pelarutan batuan, terutama batu gamping atau dolomit.
Proses Pembentukan Karst
Karst terbentuk setelah melalui berbagai proses, yakni proses geologi, fisika, kimia, dan biologi. Dalam kajian geologi, tentang lempeng bumi, tempat tinggal yang kita tempati ini memiliki pergerakan yang dinamis. Gerakannya menghasillkan membuat antar lempeng saling bertabrakan hingga membuat lempeng itu naik ke atas oleh akibat gaya tektonik.
Pergerakan dinamis ini menyebabkan sedimentasi atau sisa hewan dan tumbuhan yang mengandung kapur terangkat dari dasar laut (atau dari dalam bumi) menuju permukaan. Bagian yang terangkat ke permukaan itu kemudian berbentuk gugusan bukit batu kapur (gamping) di permukaan laut. Ada juga yang tidak sepenuhnya mencuat ke permukaan dan tertutupi oleh permukaan tanah (endokarst).
Pencuatan ke permukaan bumi ini kemudian membentuk sistem karst dan mengikuti pelarutan dari unsur lainnya. Kemudian terbentuk sistem tersendiri, mulai terbentuknya perbukitan hingga lembah. Di bagian bawahnya memiliki sistem lain yang terhubung dengan sistem di permukaannya.
Kawasan karst di lapisan permukaan bumi ditandai dengan terbentuknya bukit-bukit, lembah-lembah terjal, atau cekungan. Cekungan-cekungan atau lembah ini dapat menampung air hujan dan berfungsi sebagai telaga.
Ciri-ciri Karst
- Terdapatnya sejumlah cekungan (depresi) dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi, cekungan tersebut digenangi air atau tanpa air dengan kedalaman dan jarak yang berbeda-beda.
- Bukit-bukit kecil dalam jumlah banyak yang merupakan sisi-sisi erosi akibat pelarutan kimia pada batu gamping, sehingga terbentuk bukit-bukit (conical hills).
- Sungai-sungai tidak mengalami perkembangan pada permukaan. Sungai pada daerah Karst umumnya terputus-putus, hilang kedalam tanah dan begitu saja muncul dari dalam tanah.
- Terdapatnya sungai-sungai di bawah permukaan, adanya goa-goa kapur pada permukaan atau di atas permukaan.
- Terdapatnya endapan sedimen lumpur berwarna merah (terrarosa) yang merupakan endapan resedual akibat pelapukan batu gamping.
- Permukaan yang terbuka mempunyai kenampakan yang kasar, pecah-pecah atau lubang-lubang mapun runcing-runcing (lapies)
- Banyaknya Stalaktit dan Stalakmit akibat dari air yang masuk ke lubang-lubang (doline) kemudian turun ke gua dan menetes dari atap gua ke dasar gua yang berubah jadi batuan.
Fungsi dan Manfaat Karst
Terdapat 2 dua fungsi penting karst bagi kehidupan, yaitu karst sebagai sumber cadangan air. Batuan yang membentuk karst memiliki banyak celah dan rongga, sehingga air bisa meresap dengan baik, sampai ke lorong sungai bawah tanah dan sumber pendapatan sehari-hari, yang mana biasanya masyarakat menjadikan karst sebagai tempat wisata untuk turis dan warga kota.
Selain menyediakan air bersih, karst juga menjadi sumber bahan tambang, yaitu batuan gamping. Batuan tersebut bisa diolah menjadi aneka bahan bangunan, seperti kapur dan semen.
Permasalahan yang kini banyak terjadi pada kawasan Karst
- Pencemaran air tanah
Penambangan batu di kawasan karst sering mengakibatkan pencemaran air tanah di bawah permukaannya. Sedimen, tumpuhan, bahan kimia, dan minyak dari penambangan batu dapat masuk ke dalam air tanah sebagai polutan.
Hal ini mengganggu aliran air dan menurunkan kualitasnya sehingga tidak dapat digunakan oleh warga sekitar sehingga daerah karst dengan cekungan air tanah (CAT) tidak boleh dilakukan penambangan guna menjaga kelestarian air di dalamnya.
- Perusakan habitat
Bentang alam karst memiliki fauna dan flora unik yang hidup di dalamnya, kebanyakan adalah invertebrata. Contoh hewan yang hidup di bentang alam karst adalah serangga, burung walet, dan kelelawar.
Dilansir dari Sciencing, saat penggalian dilakukan, habitat makhluk hidup tersebut akan rusak sedikit demi sedikit. Jika penambangan terus dilakukan, makhluk hidup di daerah tersebut akan kehilangan habitat dan punah.
- Polusi udara dan suara
Penambangan batu di bentang alam karst kebanyakan menggunakan peledak untuk memecah batu yang besar. Ledakan ini mengemisikan debu yang sangat banyak juga suara bising mengganggu yang dapat menurunkan kesehatan.
Debu yang diemisikan akan tercampur dengan udara dan terhirup oleh penduduk sekitar sehingga banyak penduduk yang mengalami infeksi saluran pernafasan akut, batuk, hingga masalah kesehatan yang membahayakan jiwa.
- Runtuhnya permukaan tanah
Batu kawasan karst mudah larut dalam air. Penambangan membuat lapisan batu menjadi tipis, akibatnya lapisan permukaan akan melemah dan dapat runtuh secara tiba-tiba. Runtuhnya bekas galian tambang ini dapat menyebabkan korban jiwa, kerusakan infrastruktur, serta kerugian materi.
Pentingnya Karst bagi Kehidupan
Dalam paparan riset A.B. Rodhial Falah, Fredy Chandra, dan Petrasa Wacana, Karst Jawa Sebagai Ruang Hidup dan Ancamannya, disebutkan bahwa luas kawasan karst di Indonesia mencapai 154.000 km² (15,4 juta hektar) dengan distribusi merata di seluruh wilayah nusantara, dari Pulau Sumatera hingga Papua.
Dari sejumlah kawasan itu, sebagian besar selama ini telah menyediakan sejumlah mata air bagi kehidupan masyarakat sekitar. Bahkan satu kawasan karst, bisa memberikan 30 mata air. Eksploitasi kawasan karst tanpa kendali, berpotensi merusak ekosistem makhluk hidup di kawasan itu.
Di kawasan karst juga bisa ditemukan cekungan-cekungan tertutup (doline), serta keberadaan sistem drainase bawah permukaan yang lebih dominan dibandingkan dengan sistem aliran permukaannya.
Bentang alam karst tidak hanya mencerminkan sejarah kebudayaan dari umat manusia. “Karst adalah arsip iklim,” ujar ahli speleologi dari Jerman, Oliver Heil. “Gua-gua karst menyimpan beragam jenis stalaktit. Setiap lapisannya ,engandung informasi tentang perubahan suhu dan vegetasi sepanjang pembentukannya.” Di antaranya, ilmuwan telah menggunakan analisis terhadap sejumlah batu tetes dalam Gua Yok Balum di Belize, Amerika Tengah, untuk menghitung curah hujan dari tahun 300 hingga 1100 SM dan berhasil menerangkan bahwa kemusnahan peradaban maju Suku Maya sekitar 1.000 tahun lalu disebabkan oleh bencana kekeringan hebat.
Karst juga menjadi tempat mempelajari masa lalu, karena manusia prasejarah begitu intens dengan karst dengan meninggalkan bukti-bukti kehidupan dalam bentuk gambar dalam tembok-tembok goa, gerabah dan keramik kuno, candi, dan bangunan lain.
Pada tahun 1997, World Commision Protected Area (WCPA) yaitu komisi yang bernaung di bawah International Union for Conservation of Nature (IUCN), mendorong perlindungan ekosistem karst di seluruh dunia dengan acuan:
- Karst sebagai habitat flora dan fauna langka
- Karst sebagai kawasan mineral langka (tidak terbarukan) dan memiliki bentang alam yang unik
- Karst sebagai bagian penting kawasan prasejarah dan sejarah kebudayaan
- Karst sebagai kawasan untuk mempelajari hidrologi kawasan
- Karst sebagai kawasan penting untuk penelitian berbagai ilmu pengetahuan
- Karst sebagai wilayah perkebunan dan industri khusus
- Karst sebagai tempat rekreasi dan wisata
Cara Mengelola Kawasan Karst
Pengelolaan kawasan karst diartikan sebagai kegiatan yang meliputi inventarisasi, penyelidikan, pemanfaatan, dan perlindungan sumberdaya pada kawasan karst (Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1456 K/20/MEM/2000 tentang pengelolaan kawasan karst).
Peranan kawasan karst di Indonesia dalam penyerapan karbondioksida memiliki fungsi strategis berkaitan dengan adanya fenomena ITCZ (Inter Tropical Convergence Zone) yang menyebabkan adanya aliran massa udara menuju daerah tropis. Aliran ini berasal dari 300 lintang utara dan 300 lintang selatan yang tidak hanya membawa uap air, namun juga membawa berbagai gas rumah kaca dan polutan udara yang lain.
Oleh karena itu, maka Indonesia membutuhkan penyerap karbondioksida yang cukup banyak agar jumlahnya di atmosfer tidak berlebihan dan menyebabkan berbagai dampak negatif. Selain itu, curah hujan di Indonesia yang tinggi memungkinkan terjadinya proses pelarutan yang intensif sehingga proses penyerapan karbondioksida dapat berjalan dengan baik. Berkaitan dengan hal di atas, maka pengelolaan kawasan karst melalui zonasi kawasan karst menjadi sangat penting untuk dilakukan, sehingga fungsi penyerapan karbondioksida di kawasan karst di Indonesia dapat terus berlangsung dengan baik.
Kawasan Karst di Indonesia
Indonesia adalah negara dengan bentang kawasan karst yang luas. Diperkirakan Indonesia memiliki kawasan karst seluas 15,4 juta ha (Bappenas: 2003) yang tersebar hampir di seluruh Indonesia. Beberapa kawasan karst di Indonesia diantaranya adalah:
- Naga Umbang Lhoknga (Aceh)
- Bahorok (Sumatera Utara)
- Payakumbuh (Sumatera Barat)
- Baturaja, Bukit Barisan (Sumatera Selatan)
- Sengayau (Merangin, Jambi)
- Sawarna (Lebak, Banten)
- Sukabumi Selatan (Jawa Barat)
- Karst Citatah-Rajamandala (Bandung Barat, Jawa Barat)
- Pangkalan (Karawang, Jawa Barat)
- Cibinong-Ciampea-Cigudeg (Bogor, Jawa Barat)
- Pangandaran-Green Canyon (Ciamis, Jawa Barat)
- Gombong (Kebumen, Jawa Tengah)
- Pegunungan Kapur Utara (Pati, Jawa Tengah – Lamongan, Jawa Timur)
- Pegunungan Kendeng (Grobogan, Jawa Tengah – Jombang, Jawa Timur)
- Pegunungan Sewu (Yogyakarta dan Wonogiri, Jawa Tengah – Tulungagung, Jawa Timur)
- Sampang (Madura)
- Pegunungan Schwaner (Kalimantan Barat)
- Sangkulirang-Mangkalihat (Kalimantan Timur)
- Pegunungan Muller (Kalimantan Tengah)
- Pegunungan Meratus (Kalimantan Selatan)
- Tenggarong (Kalimantan Timur)
- Taman Nasional Manupeu Tanah Daru (Sumba, NTT)
- Maros-Pangkep (Sulawesi Selatan)
- Wawolesea (Sulawesi Tenggara)
- Pulau Muna (Sulawesi Tenggara)
- Kepulauan Tukang Besi (Wakatobi, Sulawesi Tenggara)
- Pulau Seram (Maluku)
- Pulau Halmahera (Maluku Utara)
- Fakfak (Papua Barat)
- Pegunungan Lengguru (Kaimana, Papua Barat)
- Biak dan Lorentz (Papua)
Geopark Maros-Pangkep yang didaftarkan ke UNESCO
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mendukung penuh proses pengajuan Geopark Maros-Pangkep di Provinsi Sulawesi Selatan sebagai UNESCO Global Geopark.
Legitimasi dari UNESCO nantinya akan berdampak besar terhadap keberlanjutan pelestarian potensi yang ada dalam Geopark Maros-Pangkep. Sekaligus sebagai sarana promosi yang efektif sehingga dapat menambah minat wisatawan, tidak hanya nusantara tapi juga mancanegara.
Kawasan Geopark Nasional Maros-Pangkep (GNMP)/Maros Pangkep Aspiring Unesco Global Geopark (MPAUGGp) meliputi 2 kabupaten, yaitu Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkajene Kepulauan, yang secara administratif termasuk wilayah darat dengan luas 223.629 ha dan Kepulauan Spermonde dengan luas 88.965 ha.
Karst Maros Pangkep termasuk salah satu karst kelas dunia yang memiliki keindahan, keunikan, flora dan fauna, nilai-nilai ilmiah dan sosial budaya yang tinggi.
Karst Maros Pangkep memiliki ratusan gua yang pernah ditinggali oleh manusia prasejarah. Budaya masa lalu tergambar melalui peninggalan lukisan prasejarah berusia 40 ribu tahun. Di dalamnya juga menjadi tempat hidup jutaan spesies kupu-kupu yang mendapatkan julukan “Kingdom of Butterfly”.
Sumber:
- http://lipi.go.id/lipimedia/ekosistem-kawasan-karst-tak%20%09tergantikan/18002
- https://th.boell.org/en/2021/03/03/alasan-mengapa-kita-harus-melindungi-bentang-alam-karst
- https://alamendah.org/2012/05/10/kawasan-karst-indonesia-potensi-dan-ancaman/amp/
- https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/22/144148769/persoalan-lingkungan-pada-bentang-alam-karst
- www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210618095819-269-656057/mengenal-geopark-maros-pangkep-yang-didaftarkan-ke-unesco/amp
- https://caves.or.id/arsip/glossary/karst
- http://rdk.fidkom.uinjkt.ac.id/index.php/2019/10/14/seribu-fungsi-karst-untuk-kehidupan-mendatang/
- https://www.dfunstation.com/blog/read/pengetahuan-anak/15/karst-si-tanah-gersang-yang-memiliki-banyak-manfaat
- https://www.google.com/amp/s/amp.lokadata.id/amp/kawasan-karst-bukan-hanya-soal-gamping
- Pengertian Karst Dan Ciri-ciri Kawasan Karst – Kanal Pengetahuan dan Informasi