Lactobacillus casei dengan Manfaatnya

Sumber Gambar: https://en.wikipedia.org/wiki/Lacticaseibacillus_casei#/media/File:Lactobacillus_casei_1.jpg

Dalam tubuh manusia terdapat banyak makhluk hidup berukuran mikro. triliunan makhluk hidup berupa jamur, bakteri, dan virus. Umumnya mikrobiota ini hidup di setiap bagian tubuh manusia seperti kulit yang terdapat pada area muka, area tangan, kaki, dan hidup dalam tubuh manusia yang umumnya berada dalam sistem pencernaan. Dietert (Hasibuan & Kolondam, 2017) menyatakan bahwa jumlah mikrobiota dalam tubuh manusia paling banyak berada dalam usus yang terdapat pada bagian dari sistem pencernaan manusia. Pencernaan menjadi tempat paling yang paling banyak diinangi oleh bakteri. Terdapat banyak jenis bakteri. Saluran cerna kita, terutama dalam usus besar terdapat lebih dari 500 spesies bakteri yang berjumlah triliunan sel (Susdarwono, 2021).

Banyak dari spesies bakteri dalam tubuh manusia adalah bakteri baik yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dan kehidupan manusia. Yang tidak asing bagi manusia adalah Lactobacillus casei. Pemanfaatan bakteri Lactobacillus casei ini dapat ditemukan dalam usus, kesehatan, produk pemanfaatan probiotik, dan pemanfaatan bioteknologi lainnya.

Bakteri dengan genus Lactobacillus dianggap memiliki manfaat yang cukup signifikan bagi kesehatan manusia. Lactobacillus dianggap meningkatkan ketahanan terhadap infeksi usus dengan menghambat pertumbuhan bakteri berbahaya, mengurangi kadar kolesterol, meningkatkan respon imun dan memproduksi vitamin (Touhy, et al., 2006).

Seperti yang kita tahu bahwa saat ini minuman probiotik yang sudah kita kenal, yaitu yakult menjadi minuman probiotik yang mengandung L. casei yang telah dijual bebas. Terdapat penelitian oleh Kato-Kataoka, et al. (2016) yang berkaitan dengan pengaruh L. casei terhadap stres dengan media penelitian melalui produk Yakult. Usus dan otak saling berkomunikasi dengan sistem komunikasi neurohumoral. Menurut Cryan dan Jinan (dalam Kato-Kataoka, et al., 2016) otak memberikan sinyal pada usus untuk memengaruhi modalitas motorik, sensorik, dan sekresi saluran pencernaan. Pada gilirannya, usus juga dapat memberi sinyal pada otak sehingga memengaruhi kondisi emosional dan sistem modulasi stres. Dari hal ini, Kato-Kataoka, et al. menemukan sesuatu yang menarik bahwa probiotik bisa memengaruhi kondisi emosional dan penyakit melalui sistem komunikasi neurohumoral antara otak dan usus. Kato-Kataoka, et al. melakukan percobaan dengan subjek dibagi pada dua kondisi, yaitu pengonsumsi Yakult dan tidak. Percobaan dilakukan ketika subjek, para mahasiswa yang akan melakukan ujian, diuji dengan waktu sebelum ujian, saat ujian dan sesudah ujian. Kato-kataoka, et al. menemukan bahwa probiotik L. casei memengaruhi fungsi abdominal. Subjek yang tidak menggunakan probiotik memiliki kondisi disfungsional abdominal yang lebih signifikan dibanding dengan pengguna probiotik. Kato-Kataoka, et al. juga menemukan bahwa probiotik menurunkan jumlah gen yang tanggap terhadap stres. Kato-Kataoka, et al. mendapatkan bahwa pengguna probiotik memiliki jumlah spesies microbiota yang lebih sedikit daripada bukan pengguna probiotik. Dari percobaan ini, Kato-Kataoka menemukan bahwa pengaruh probiotik terhadap kondisi tubuh baik emosional dan fisik benar adanya. Para subjek pengguna probiotik secara bertahap dapat memiliki tingkat stres yang lebih rendah dibandingkan bukan pengguna probiotik.

Dapat disimpulkan bahwa jumlah probiotik dan penggunaan probiotik yang optimal dapat memberi dampak positif bagi inangnya. Ketika aktivitas probiotik dapat melemahkan dampak negatif dari makhluk mikroorganisme yang tidak baik menjadi bukti bahwa probiotik memberi manfaat bagi manusia.

Pada perkembangan industri pangan dan kesehatan, penggunaan bioteknologi semakin dikembangkan karena dianggap dapat meningkatkan kesehatan. Pemanfaatan bakteri dalam penerapan bioteknologi sehari-hari semakin dikembangkan. Sebagai contoh, probiotik digunakan sebagai alternatif dari antibiotik. Antibiotik memiliki sistem kerja yang melemahkan atau mematikan bakteri dengan zat kimia. Penggunaan antibiotik yang tidak wajar dan tidak terkontrol dapat mengakibatkan resistensi patogen terhadap antibiotik menjadi meningkat dan bahkan dapat memberikan efek toksik bagi pengguna antibiotik (Pratiwi, 2017). Resistensi bakteri patogen terhadap antibiotik dapat mengakibatkan di masa depan bakteri bisa menjadi penyakit dalam tubuh manusia yang tidak ada obatnya. Kekhawatiran manusia berdasarkan pertimbangan di atas menyebabkan para pemegang kebijakan dan para ahli nutrisi pakan mencari alternatif pengganti antibiotik. Salah satu alternatif yang berpotensi adalah probiotik (Abdurrahman & Yanti, 2018).

Probiotik menjadi salah satu pemanfaatan bioteknologi untuk pencegahan infeksi patogen. Abdurrahman dan Yanti (2018) menyetujui sebuah pengertian dari International Scientific Association for Probiotics and Prebiotics (ISAPP) tahun 2013 bahwa definisi probiotik yaitu mikroorganisme hidup pada jumlah tertentu yang apabila diberikan pada inang dapat memberikan efek menguntungkan bagi kesehatan. Oleh Gaggia, et al. (dalam Abdurrahman dan Yanti, 2018), probiotik yang aman untuk hidup pada inangnya memiliki kriteria seperti tahan terhadap cairan pencernaan inang sehingga dapat bertahan, berkolonisasi dan bermetabolisme, nontoksik dan nonpatogenik, dapat hidup dalam tubuh inang, dapat menempel pada ephitelium atau mucus dan dapat berkompetisi dengan mikroflora inang, serta mampu memproduksi senyawa antimikrobial yang bersifat antagonis terhadap mikroba patogen, dan dapat merubah respon imun tidak berubah dan stabil.Bakteri probiotik pada saat proses penyimpanan dan kondisi di lapangan mempunyai sifat organoleptik baik dan cocok diterapkan dalam industri. Dikutip dari jurnal Andriani, et al., probiotik adalah pakan tambahan yang mekanisme kerjanya mempertahankan keseimbangan pada saluran pencernaan dengan cara mempengaruhi mikroflora usus dan mengeliminasi mikroorganisme patogen dalam usus. Peran probiotik yaitu dapat menimbulkan lingkungan yang tidak nyaman untuk pertumbuhan bakteri patogen yaitu dengan menghasilkan suasana asam pada saluran pencernaan.

Lactobacillus casei merupakan bagian dari probiotik karena masuk dalam kriteria probiotik yang aman. Terdapat penelitian yang dilakukan oleh Andriani, et al. untuk mengetahui pengaruh L. casei terhadap penurunan kadar kolesterol dengan subjek penelitian pada ayam broiler, bahwa L. casei dengan kombinasi L. rhamnosus dapat menurunkan kadar kolesterol dengan pemberian dosis yang tepat. Hasil peneliyian Andriani, et al. menunjukkan bahwa pemanfaatan probiotik dapat meningkatkan efisiensi energi dan protein sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol. Penggunaan probiotik dengan optimal juga dapat mempengaruhi peningkatan jumlah HDL (kolesterol baik) dan penurunan jumlah LDL (kolesterol jahat). Namun dalam jurnal Andriani, et al. tidak ada pernyataan yang dapat menjadikan probiotik dengan kandungan L. casei dapat dimanfaatkan secara bebas.

Terdapat penelitian lain yang dilakukan Lai, et al. untuk mengetahui pengaruh L. casei terhadap penyakit diare yang diidap oleh anak-anak. Lai, et al. menganggap bahwa probiotik L. casei kurang memiliki manfaat yang jelas. L. casei dapat melakukan aktivitas probiotik dengan meningkatkan imunitas inang, menghambat perlekatan epitel dan mukosa bakteri, menghambat invasi epitel, dan perlekatan mukosa, menghambat invasi epitel, dan/atau memproduksi zat antimikroba. Dalam penelitiannya, Lai, et al. menemukan hasil penelitian bahwa probiotik dapat menurunkan keparahan dari gejala diare. Mereka juga menemukan bahwa probiotik ini efektif untuk menurunkan durasi penyakit diare. Kebiasaan untuk buang air besar dapat diperbaiki seiring waktu dengan probiotik. Probiotik ini dapat mengurangi sakit perut yang menyertai diare. Namun beberapa penelitian terdahulu yang memiliki tema yang sama, menurut Lai, et al. probiotik belum dapat dikomersialkan karena penelitian terdahulu tidak dapat menemukan dampak positif dari L. casei pada perjalanan klinis diare.

Penelitian yang dilakukan Andriani, et al. dan Lai, et al. menunjukkan bahwa probiotik dapat menjadi alternatif dari penggunaan antibiotik. Dampak positif dari penggunaan probiotik dengan kandungan L. casei yang dapat menurunkan dan melemahkan aktivitas bakteri patogen menunjukkan probiotik memberikan jalan bagi dunia medis dan industri pangan untuk lebih meneliti pemanfaatan probiotik dengan tujuan meningkatkan kesehatan manusia. Hal ini diperlukan karena agar kita dapat memanfaatkan probiotik dengan lebih maksimal.

Referensi

  • Abdurrahman, Z. H., & Yanti, Y. (2018). Gambaran Umum Pengaruh Probiotik dan Prebiotik pada Kualitas Daging Ayam. Jurnal Ternak Tropika, 95-104.
  • Andriani, A. D., Lokapirnasari, W. P., Karimah, B., Hidanah, S., Al-Arif, M. A., Soeharsono, & Harijani, N. (2020). Efektifitas Probiotik Lactobacillus casei dan Lactobacillus rhamnosus Sebagai Pengganti Antibiotic Growth Promoter Terhadap Total Kolesterol, Low Density Lipoprotein dan High Density Lipoprotein Ayam Broiler. Jurnal Medik Veteriner, 114-122.
  • Hasibuan, F. e., & Kolondam, B. J. (2017). Interaksi Antara Mikrobiota Usus dan Sistem Kekebalan Tubuh Manusia. Jurnal Ilmiah Sains, 1.
  • Kato-Kataoka, A., Nishida, K., Takada, M., Kawai, M., Kikuchi-Hayakawa, H., Suda, K., Rokutan, K. (2016). Fermented Milk Containing Lactobacillus casei Strain Shirota Preserves the Diversity of the Gut Microbiota and Relieves Abdominal Dysfunction in Healthy Medical Students Exposed to Academic Stress. Food Microbiology, 3649–3658.
  • Lai, H.-H., Chiu, C.-H., Kong, M.-S., Chang, C.-J., & Chen, C.-C. (2019). Probiotic Lactobacillus casei: Effective for Managing Childhood Diarrhea by Altering Gut Microbiota and Attenuating Fecal Inflammatory Markers. Nutrients.
  • Pratiwi, R. H. (2017). Mekanisme Pertahanan Bakteri Patogen Terhadap Antibiotik. Journal Pro-Life, 418-429.
  • Touhy, K. M., Pinart-Gilbera, M., Jones, M., Hoyles, L., McCartney, A. L., & Gibson, G. R. (2006). Survivability of a Probiotic Lactobacillus caseiin the Gastrointestinal Tract of Healthy Human Volunteers and It’s Impact on the Faecal Microflora. Journal Of Applied Microbiology, 1026-1032

Ditulis oleh:

Aria Mahendra Wirastyo (SMA Tunas Jakasampurna)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *